Dosen : Muhammad
Burhan Amin
Topik Makalah
Perilaku Sosial Tawuran Antara
Kelompok Pelajar
Kelas : 1-KA39
Tanggal
Penyerahan Makalah : 04 Oktober 2012
Tanggal Upload Makalah : 05
Oktober 2012
P E R N Y A T A A N
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan
dalam penyusunan makalah ini saya buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari
tim / pihak lain.
Apabila terbukti tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat
nilai 1/100 untuk mata kuliah ini.
P e n y u s u n
N P M
|
Nama
Lengkap
|
Tanda
Tangan
|
16112704
|
Roy Leonardo
|
Program Sarjana Sistem Informasi
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kata
Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
atas rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul
“Perilaku Sosial Tawuran Antar
Pelajar”.
Penulisan makalah ini merupakan
informasi tentang maraknya tawuran
antara pelajar belakangan
ini di Indonesia khususnya Jakarta.Dengan adanya makalah
ini kita dapat
memahami apa yang menjadi penyebab
maraknya tawuran di
kalangan pelajar.
Dalam Penulisan makalah
ini saya merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak
sangat saya harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Akhirnya saya berharap
semoga Tuhan memberikan
imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini
sebagai ibadah, Amiin
BEKASI,04 Oktober 2012
Penyusun
Roy Leonardo
Daftar
Isi
Lembar Persetujuan………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………… iii
Bab 1
Pendahuluan……………………………………………………………………
1
1.1.
Latar
Belakang
Makalah………………………………………………… 1
1.2.
Tujuan
Makalah
…………………………………………………………... 1
1.3.
Sasaran
Makalah…………………………………………………………… 2
Bab 2.
Permasalahan…………………………………………………………………...
3
2.1. Landasan Teori…………………………………………………………….. 3
2.1.1.Pengertian
Tawuran……………………………………………… 3
2.1.2.Pembahasan……………………………………………………… 3-6
2.2.Analisa SWOT…………………………………………………………… 7-8
Bab 3.
Kesimpulan Dan
rekomendasi………………………………………………. 9
Daftar Pustaka………………………………………………………………………….10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Makalah
Tawuran
yang sering
di lakukan pada sekelompok
remaja terutama para
pelajar sekolah,seolah sudah
tidak menjadi berita
atau pembicaraan yang
tak asing lagi
di telinga kita.
Kekerasan sudah
di anggap sebagai
pemecahaan masalah yang
sangat efektif yang di
lakukan oleh para
remaja.Hal ini seolah
menjadi bukti nyata
bahwa seseorang yang
terpelajar pun leluasa
melakukan hal seperti
itu.Ada pun yang menjadi
korban bukan dari
sisi yang melakukan tawuran tersebut tapi berdampak pula
bagi yang ada
di lingkungan tawuran
tersebut.
Dalam
makalah ini saya
coba menjelaskan factor apa
saja yang menyebabkan tawuran, akibatnya dan
cara mengatasinya.
1.2.Tujuan Makalah
Tujuan
saya menulis makalah
ini selain untuk nilai
mata kulih Ilmu Sosial Dasar dan
untuk mengetahui pengaruh terhadap
agresivitas yang dilakukan
oleh remaja, membahas pengaruh
indentitas kelompok yang
sangat kuat yang
menyebbkan timbul sikap negatif.
Untuk
mengetahui peran serta
kerharmonisan keluarga, Guru dan
pemerintah terbatas apa
kecenderungan kenakalan remaja
khususnya tawuran antar pelajar
dan cara mengatasi
tawuran pelajar.
Untuk
mengetahui kenapa sekarang
banyak siswa-siwa yang
tawuran dan apa
penyebab, akibat yang di
timbulkan oleh tawuran.
1.3.Sasaran Makalah
Sasarannya adalah
untuk para pelajar
yang pernah ataupun
sering melakukan tawuran
agar mereka mengetahui
kerugian apa saja yang diakibatkan tawuran dan mengatauhi apa
tujuan utama mereka
bersekolah adalah untuk
menunntut ilmu bukan
untuk tawuran atau
berkelahi.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1.Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Tawuran
Dalam
kamus Indonesia Tawuran
adalah sebagai perkelahian
yang meliputi banyak
orang. Sedangkan Pelajar adalah
seoarang manusia yang
belajar. Sehingga pengertian tawuran
pelajar adalah perkelahian
yang dilakukan oleh
kelompok orang yang
mana perkelahian tersebut
dilakukan oleh orang
yang sedang belajar.
Tawuran
yang terjadi belakangan
di beberapa SMA
di ibu kota Jakarta
telah menjadi berita
yang menghiasi di
berbagai media masa
dan cetak. Karna tawuran telah
memakan korban jiwa, bahkan
dari siswa itu sendiri.
2.1.2.Pembahasan
Akibat tawuran
ini banyak pihak
yang telah dirugikan, seperti banyaknya warga
yang merasa terancam
dan hilang rasa
kenyamanannya. Orang
tua sebagai salah
satu stakeholder dalam
bidang pendidikan juga
semakin khawatir dengan
anaknya yang mungkin
bisa terjebak dalam
budaya tawuran ini. Tentu
saja pemerintah menjadi
sasaran kritik karena
dianggap kurang bias
membuktikan kemanfaatan dari
kenaikan anggaran pendidikannya. Lebih spesifik
lagi masyarakat semakin
mempertanyakan kurikulum dan
kompetensi sekolah dalam
mendidik anak-anaknya.
Tulisan singkat ini
akan menyoroti dari
sisi perlunya partisipasi
masyarakat yang bisa
dilakukan dengan melakukan gerakan social massif untuk menghukumi pelaku
tawuran.
Banyak sudah
pendapat dan solusi
dari pemerintah melalui
Kemendiknas, serta Pemda untuk
mencegah persoalan ini
timbul kembali. Kemdiknas bahkan
telah membuat semacam
Satgas anti tawuran. Pembuatan lembaga adhoc
yang biasanya
dibuat untuk merespon
kejadian faktual di masyarakat
ini sayangnya seringkali
dijadikan alat untuk
pemerintah bahwa persoalan
seolah-olah telah selesai
dengan adanya lembaga
ini. Solusi pragmatis ini bagi
saya akan kurang memiliki
dampak dalam memotong
mata rantai tawuran
antar pelajar bahkan para mahasiswa
dalam jangka panjang. Hemat saya ketika
terjadi korban meninggal,
yakni Alawy yang tidak dalam
posisi ikut tawuran
harusnya menimbulkan kesadaran kolektif masyarakat Jakarta dan sekitarnya terutama tempat kejadian kematian untuk mengadakan long
march memberikan dukungan kepada keluarga korban serta menghukum secara social fenomena tawuran agar tidak
lagi terulang.
Apakah
perilaku pelajar sekarang
telah menjadi semakin
anarkis seiring perkembangan
teknologi sekarang ini? Maraknya
tingkah laku agresif akhir –akhir
ini yang dilakukan
kelompok remaja kota
merupakan sebuah kajian
yang menarik untuk
dibahas. Perkelahian antar
pelajar yang pada
umum nya masih
remaja sangat merugikan
dan perlu upaya
untuk mencari jalan
keluar dari masalah
ini atau setidaknya
mengurangi.Perkembangan
teknologi yang terpusat
pada kota –kota besar
mempunyai korelasi yang
erat dengan meningkatnya
perilaku agresif yang
dilakukan oleh remaja
kota. Dijaman yang serba instan
ini menyebabkan kesenjangan
antara kaya dan
miskin semakin jelas
bedanya.
Bisa
saja seorang pelajar
melampiaskan sesuatu dengan
mencuri atau merampas
dengan cara yang
lain.Di beberapa tahun
ini kecenderungan tersebut
meningkat dari hanya
sebatas personal menjadi
identitas kelompok yang
berakibat maraknya tawuran, kerusuhan, dan lain
sebagai nya.Karana mungkin
adanya keinginan yang
tak terpenuhi, sehingga beberapa
siswa cenderung bertindak
anarkis. Mereka biasanya
melakukan tawuran hanya
di karna kan alsan –alsan
sepele seperti saling
mengejek, rebutan sesuatu barang, rebutan mobil, dan
lain sebagai nya.
Saya tidak sepenuhnya dalam rangka menyalahkan masyarakat Jakarta dan sekitarnya yang kurang mampu
secara artikulatif merespon kejadian korban tawuran ini secara massal. Bisa jadi, memang karena seringnya
kejadian- kejadian ini terjadi dihadapan mereka, dan begitu kompleksitasnya
persoalan di Negara
kita ini, terutama Jakarta dengan beban
sosialnya yang tinggi.
Barangkali kekhawatiran mereka telah
terwakili oleh media
masa yang telah
meliput kejadian ini, atau bela sungkawa
secara formal oleh pejabat
terkait, serta ramainya acara dialog yang
dibuat dengan mendatangkan para pakar pendidikan, serta press release lembaga- lembaga terkait dalam merespon
kejadian ini. Sebuah kejadian yang akhirnya
sekedar menjadi sumber pemberitaan, dari pada menjadi
gerakan sosial.
Bisa jadi masyarakat
Jakarta secara umum sesungguhnya juga sedang
terhimpit berbagai persoalan- persoalan baik di
kantor, di jalan raya dengan
kemacetannya, serta intrik- intrik politik national dan global yang sehingga tidak ada
lagi ruang (space)
bagi mereka untuk melakukan
gerakan social yang
genuine untuk menghukum fenomena tawuran ini. Jangankan untuk memikirkan
orang lain, berharap dirinya hidup tenang,
stress di jalanan saja sudah sangat bagus. Semoga saja, bukan karena filsafat urasan “elo-elo and gue-gue”, paradigm khas orang kota . Namun demikian, setidaknya kita bisa
berdoá dengan penuh
memohon harap kepada
Tuhan YME, semoga
kejadian ini tidak terulang kembali.
Kunci solusinya hanya satu, yaitu
disiplin. Terapan kedisiplinan guru dan siswanya pasti lembek kalau terjadi
perkelahian antara siswa di dalam sekolah, juga antara siswa yang beda sekolah.
Proses belajar mengajar pun dipastikan tidak menyenangkan, apapun sebabnya,
sehingga murid membuat pelampiasan di luar jam belajar atau di luar sekolah.
Sebelum letusan perkelahian terjadi, selalu saja diawali oleh sumbatan
komunikasi antara guru dan murid. Sebabnya adalah ketakjelasan dalam
pembelajaran, kemunafikan dalam pembelajaran dan fakta di lapangan dan di media
massa yang berbeda dengan harapan, etika, dan petuah agama yang diperolehnya di
sekolah.
Terang benderang di mata kita, moral,
etika, akhlak atau apapun namanya, sangat minimum dalam pendidikan kita. Bahkan
guru pun dalam kondisi yang tak jauh beda dalam hal budi pekerti dan perilaku
dalam ujian. Ada kepala sekolah dan guru yang sengaja memberikan jawaban ujian
kepada murid-muridnya, ada guru yang “manipulatif” dalam proses Uji Kompetensi
dan PLPG untuk memperoleh sertifikasi. Guru kencing berdiri, murid kencing
berlari. Tapi, tentu saja, banyak juga guru yang jujur, yang kuat komitmennya
pada pengajaran dan pendidikan. Ini terjadi karena guru yang bersangkutan telah
ditanami kemuliaan dalam belajar dan mengajar ketika mereka menjadi murid dan
tulus dalam pengabdiannya sebagai guru berapapun gajinya.
Faktanya, pembelajaran yang terjadi di
sekolah semata-mata pengajaran, tipis sekali porsi pendidikannya.
Lebih banyak mengolah kemampuan otak kiri
dengan berbagai pelajaran yang berisi
rumus, aksioma, postulat dan hokum
fisika, kimia, matematika, akuntansi,
anatomi, dll. Sepulang sekolah, mereka pun masih
berkutat dengan pelajaran yang sama
di tempat les
(bimbingan belajar) dan terjadi lagi ketika belajar
malam di rumah. Ini pun bertarik-
ulur dengan acara hura- hura, hedonis, sinetron picisan di televisi yang justru sangat
disukai oleh orangtua,
kakak dan adik serta
pembantunya di rumah. Andaipun, sekali lagi, andai kata mereka bangun pagi
untuk belajar, maka yang dipelajarinya pun adalah materi ulangan
dari pelajaran- pelajaran di atas. Wajarlah mereka gersang dari nilai –nilai moral. Buta pada etika,
budi pekerti sebagai manusia yang hidup bermasyarakat. Malah tetangga pun dijadikan musuh nomor wahid
kalau berbeda pendapat dan berseberangan
dengan pendapat grup dan
gank-nya.
Ada satu opsi atau
tawaran solusi untuk mengurangi
tawuran pelajar atau bahkan
meniadakan tawuran lagi, yaitu dengan pemberlakuan
hukuman secara adil. Mustahil, dengan alasan
HAM misalnya, pendidikan tanpa hukuman. Siapapun yang
bersalah, meskipun ia adalah anak kepala sekolah,
maka ia harus dihukum maksimum sesuai dengan
peraturan tertulis yang diberlakukan. Tentu saja hukuman
ini bertingkat- tingkat, bergantung pada jenis kesalahannya. Yang ringan tentu dihukum ringan yang sifatnya mendidik. Misal, murid yang telat
lima menit masuk ke
kelas, dihukum dengan berdiri
lima belas menit
menghafalkan pelajaran tertentu atau menulis
artikel, atau menyanyi, dll. Kalau terlambat berturut- turut tiga kali
, misalnya, dapat dihukum dengan yang lebih berat lagi, termasuk hukuman fisik berupa lari, push-up,
ngosekWC , nyapu, nyangkul kebun sekolah, dll dalam batas- batas wajar dengan memperhatikan
kondisi fisik murid.
Yakinlah, hukuman pecat untuk
siswa yang tawuran,
setelah disidik dan dibawa
ke "pengadilan" sekolah, adalah solusi ampuh
untuk mengawali keamanan sekolah dan mengurangi
tawuran. Tanpa disiplin dan eksekusi hukuman bagi yang
bersalah, hanya menggantang asaplah usaha penanggulangan
tawuran murid. Parahnya
lagi, akan makin banyak murid yang melanggar aturan karena tahu bahwa hukumannya
pasti ringan –ringan saja. Tegas.
Tegaslah terhadap murid dan guru, kepala
sekolah dan Kadisdik.
2.2.Analisi
SWOT
Analisa permasalahan
perilaku social
tawuran antara kelompok
pelajar dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi
lingkungan internal maupun
eksternal dilihat dari
aspek:
1.Kekuatan(strength)
a.Merasa
jagoan
b.Ingin
membuktikan kepada teman –temannya
c.Supaya
di takuti oleh
kelompok lain
d.Mengekspresikan diri
atau rasa pemberontak
2.Kelemahan(weakness)
a.Menjadi
korban tewas
b.Merugikan orang lain
yang ada di sekitar
c.Merusak lingkungan
atau fasilitas umum
d.Meresahkan warga
3.Peluang(Opportunity)
a.Supaya
di akui oleh
senior
b.Teradisi tawuran
antara sekolah yang
cukup lama
c.Karna ada
permusuhan yang telah
terjadi sebelumnya
d.Saling ejek
antar sekolah
4.Tantangan
/Hambatan(Thears)
a.Tertangkap polisi
b.Mencoreng nama
baik sekolah
c.Buat
malu orng tua
d.Dikeluarkan dari
sekolah
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMDASI
1.Kesimpulan
a.Adanya penghasut
Yang ikut untuk membantu nya
b.Kurangnya
kasih saying dari
orang tua
c.Tidak adanya
perhatian dari pemerintah
d.Kurangnya
pengawasan dari guru
dan orang tua
2.Rekomendasi
a.Mengisi waktu
luang dengan kegiatan
yang bermanfaat
b.Diadakannya kompetisi
olah raga antar
sekolah
c.Diadakanya penyuluhan
bagi para pelajar
tentang bahaya nya tawuran.
Daftar pustaka
Daftar pustaka
http://iftitahnj.blogspot.com/2011/06/makalah-tawuran-pelajar.
http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/tawuran-antar-pelajar.html
html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar